Kamis, 31 Desember 2015

Cara Membuat Kapurung



 Cara Membuat Kapurung

 Kapurung adalah sejenis makanan pokokyang dikenal di daerah Luwu (d/h Kerajaan Luwu atau Kedatuan Luwu).  Bahannya adalah sagu yang banyak tumbuh di hampir seluruh wilayahnya.  Makanan ini merupakan andalan sejak jaman kejayaan Luwu.



Cara membuat kapurung ini dapat dibagi menjadi beberapa 10 tahap :

  1. Tahap persiapan lauk pauk yang meliputi masak sayuran seperti bayam, kangkung, bunga pisang, atau sayur apa saja yang penting harus dalam bentuk bening, hanya dicampur garam secukupnya dan air tentunya. Sambil menunggu sayuran matang penyiapan sambal dapat dipersiapkan yaitu berupa cabe keriting secukupnya, cabe rawit,dan garam.
  2. Setelah ini matang selanjutnya segera mempersiapkan air buntulan.  Air buntulan adalah air yang dimasak sampai mendidih.  Sambil menunggu air mendidih, siapkan sagu untuk 5 porsi diperlukan sagu kurang lebih seperempat liter.  Campurlah sagu ini dengan air dengan perbandingan 2 bagian air dan 1 bagian sagu.  Aduklah secara merata.  Perhatikan kekentalannya.  Sebagai patokan celupkan pisale (semacam pengaduk dari kayu) pada larutan sagu lalu angkat pisalenya.  Kecepatan menetes sekitar  1 tetes per detik.  Jika masih terlalu encer tambahkan lagi sedikit sagu.
  3. Jika air sudah mendidih segera tuang air mendidih tersebut ke laruan sagu.  Tuang terus air mendidihnya sampai bentuk larutannya menjadi seperti padat dan menyatu dengan baik. 
  4. Pada tahap ini jika langkah 1 - 3 sukses kapurung sudah terbentuk.  Agar tak ada sisa larutan yang tidak tersentuh air panas, maka aduk terus larutan ini secara merata sambil terus dibanting-banting menggunakan pisale.
  5. Selanjutnya siapkan wadah dan isi dengan air sayur atau kaldu ikan, daging atau apa saja sesuai selera.  Kedalamannya kurang lebih 5 cm.
  6. Mulai dui kapurungnya sehingga berbentuk bulat lalu hasil duikan dipindahkan ke larutan tadi.
  7. Jaga bulatan-bulatan kapurung dengan cara diaduk agar  bulatan kapurung tidak saling menempel satu sama lainnya.
  8. Setelah selesai masukkan sambal yang sudah dipersiapkan sebelumnya.  Jumlah sambal yang dibutuhkan dikira-kira saja disesuaikan dengan selera mau pedes, sedang, atau kurang pedas.
  9. Beri tetesen jeruk limau jika suka lalu sajikanlah kapurung pada mangkok.
  10. Siap untuk dimakan.

Selasa, 29 Desember 2015

Jenis-jenis Makanan Pokok di Luwu

sumber : okysnack.blogspot.com
Selama kurang lebih 21 tahun hidup di tanah kelahiran Luwu saya mengenal beberapa jenis makanan pokok selain beras yanaritu sagu.  Untuk penduduk yang mendiami Luwu bagian Utara makanan dengan bahan pokok dari sagu ada 2 jenis.  Yang pertama adalah pugalu atau kapurung, sedangkan yang lainnya adalah Sinole.  Cara pengolahan sinole yaitu dengan bahan baku sagu dimasukkan ke penggorengan yang sudah dipanaskan terlebih dahulu.  Setelah itu sagu terus diaduk dengan kecepatan sedang.  Kecepatan jangan sampai berlebih karena dapat mengakibatkan hasil gorengan bukannya menjadi sinole tapi dapat berubah menjadi baccilaung yang tidak sempurna.

Lain halnya dengan penduduk Luwu yang mendiami wilayah pantai atau pabbiring.  Di Pabbiring yang meliputi wilayah Malangke, sinole tidak begitu populer.  Yang lebih populer adalah dange yang juga terbuat dari sagu.  Dange memang lebih cocok di makan dengan ikan atau lawa.  Lawa ini adalah berbahan dasar ikan segar yang dicampur dengan cuka, parutan kelapa goreng, bunga pisang, cabe, garam dan perasan jeruk nipis atau jeruk purut (bersambung).  Cara pengolahan dange melalui beberapa tahap yaitu mulai dari penjemuran sagu, penyaringan, pemanasan cetakan dange, sampai pada tahap memasukkan sagu yang sudah disaring ke dalam cetakan atau dalam bahasa bugis disebut addangeng.  Untuk 1 alat cetak dange dapat mencetak dange sebanyak 1 perang (1 pereng = 10 biji dange).  Wilayah-wilayah pemakan dange di Luwu Raya meliputi Malangke, Malili, Wotu, dan Palopo bagian selatan.

Senin, 28 Desember 2015

Nikmatnya Kapurung Kepiting Bakau

Kapurung Kepiting

Yang paling berkesan tentang masakan kapurung kepiting ini adalah ketika saya masih tinggal di Lakawali sekitar 30 tahun yang lalu.  Hasil tangkapan kepiting terbilang melimpah karena jumlah penduduk Lakawali Pantai waktu itu mungkin hanya sekitar 10 KK, sedangkan yang berprofesi sebagai penangkap kepiting hanya ayah saya seorang.  Penduduk lainnya yang kebanyakan beretnis Padoe bekerja sebagai petani baik petani tanaman seperti padi maupun petani tambak.   Jika ayah mulai menelurusuri pantai bakau sekitar jam 06.00 pagi, maka pada siang hari sebelum sholat zhuhur beliau sudah pulang membawa hasil tangkapan sekitar 1 balasse.  Ukuran balasse kurang lebih sama dengan karung beras ukuran 40 kg.  Saya yang ditugaskan untuk mengambil hasil tangkapannya itu yang diletakkan begitu saja di pinggir pantai tempat perahunya berlabuh.


Jalan Trans Sulawesi

Hasil tangkapan kepiting bakau ini sebagaian besar dijual baik dijual secara eceran maupun dijual secara grosiran.  Jika dijual secara grosiran maka yang membeli adalah Pakna Tang, seorang petani kakao yang tinggal di kebunnya sekitar 1 km dari rumah.  Sedangkan jika dijual secara eceran, maka saya sendiri yang menjualnya ke pasar di daerah Soroako.  Hasil penjualan secara eceran ini memberi keuntungan yang lebih besar ketimbang penjualan secara grosiran.  Bahkan saya pun mendapat limpahan keuntungan dari berjualan kepiting secara langsung ini.

Itu tadi kenikmatin yang diperoleh dari hasil penjualan kepiting.  Keuntungan yang juga tak tertandingi adalah jika kepiting itu direbus lalu kemudian air rebusan menjadi campuran kapurung maka lengkap sudah.  Masakan seperti ini kami sebagai Kapurung Kepiting.  Namun sayang sekali karena seperti apa sajian kapurung kepiting belum dapat saya tampilkan kali ini.  Namun coba kita bayangkan saja kira-kiran seperti apa sajian kapurung kepting ini.

Artikel terkait baca : Cara Membuat Kapurung

Penjelasan Tentang Lokasi Pembuatan Kapurung Kepiting

Jika sebelumnya saya sudah cerita banyak tentang kapurung kepiting, maka kali ini saya akan member sedikit penjelasan tentang di mana keberadaan Lakawali itu.  Apakah masih berada di Wilayah Indonesia atau sudah berada di Luar Negeri.  Jawabnya adalah berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Lakawali adalah sebuah dusun yang waktu itu hanya didiami oleh kurang lebih 10 KK yang sebagian besar penduduknya beretnis Padoe.  Semua penduduk beragama Islam.  Namun dengan adanya program transmigrasi, maka Lakawali seketika menjadi dusun yang berpenduduk banyak.  Penduduk transmigran berasal dari Pulau Jawa dan ada pula yang berasal dari Pulau Bali.  Penduduk transmigran ini berlokasi di sebelah Barat Lakawali Pantai tepat dekat dengan jalan Trans Sulawesi.  Lakawali masuk dalam wilayah Luwu Timur yang beribu kota Malili.  Soroako yang disebutkan di atas juga berada dalam wilayah Luwu Timur yang jaraknya kurang lebih 80 km dari Malili.  Perjalanan dari Malili ke Soroako dapat di tempuh dalam waktu 1 jam dengan angkutan darat.


Demikian cerita singkat tentang kisah kapurung kepiting semaga dapat menambah informasi tentang salah satu makanan khas Luwu yaitu kapurung.

Selasa, 22 Desember 2015

Durian Petruk – Bersama Tukang Durian Penipu



Sumber : http://bhogazt.blogspot.co.id
Durian adalah sejenis buah yang kulitnya berduri namun di dalamnya lunak.  Durian bisa diibaratkan dengan pria kata banyak wanita, di luarnya kasar tapi di dalamnya lembut.  Namun bukan kaitan antara durian, pria, dan wanita yang akan dibahas dalam artike ini akan tetapi  akan focus dibahas  adalah sebuah peringatan agar hati-hati membeli durian di abang-abang yang ada di pinggir jalan.

Ceritanya begini.  Di akhir tahun 2015 bertepatan dengan habis gajian ingin rasanya menikmati durian.  Maklum durian ini tidak bisa lepas dari kehidupun saya karena sejak dahulu kala di waktu ku masih kecil dan masih tinggal di Palandan sebuah dusun berjarak 8 km dari Masamba,  sering disuruh oleh Ayah menunggu durian jatuh dari pohon.  Cara menunggunya yaitu dengan menggunakan gubuk sebagai tempat menunggu dari awal malam hingga pagi hari.  Sebagaimana biasanya jika sudah musim durian sudah matang di pohon berarti sebagai tanda saatnya akan berjatuhan dari pohon.  Nah kalau kita tidak menunggu, maka orang lain lah yang akan menikmati buahnya.

Sekarang kita kembali lagi ke cerita tadi tentang tukang durian petruk yang menipu.  Setelah sepeda motor yang saya tumpangi tepat berada di sekitar tukang durian yang berada di Jalan Moch. Kafi II, saya pun lalu berhenti.  Ada 4 macam harga yang ditawarkan yaitu mulai dari harga 35.000, 45.000, 60.000, dan yang termahal adalah yang berharga 75.000.  Jenis duriannya adalah durian petruk.  Saya coba menawar harga yang tertinggi yang Rp.75.000 diminta dengan harga 60.000 dan ternyata si tukang duriannya menyetujui.  Saya membeli yang harga tertinggi dengan harapan akan memperoleh kualitas yang tidak mengecewakan.
Tetaaaapi saudara-saudara apa yang terjadi setelah sampai di rumah?  Ternyata duriannya busuk sekitar 90%.  Namun beruntung saya orang yang termasuk penyabar, kata nenek sih.  Walaupun sudah diperlakukan sedemikian sadis  oleh si Tukang Durian Petruk yang menipu tadi, namun saya tetap dapat menahan diri untuk tidak memperturutkan rasa kesal yang membahana dalam hati.  Saya tetap mencicipi 10% yang sedikit lebih baik tadi.    Lalu sisanya yang dinyatakan busuk langsung dibuang saja di tempat sampah.  Saya tak ingin mengingat lagi kejadian yang memporak-porandakan hati  saya, maka sisa aroma durian yang tersisa di dalam rumah dicoba untuk dienyahkan menggunakan exhaust fan.
Berdasarkan pengalaman di atas, maka saya ingin membagi tips membeli durian berikut ini.

Tips Membeli Durian :


  1. Belilah durian ditempat yang bisa dipercaya menjual durian berkualitas baik.
  2.  Hindarilah membeli durian di abang-abang di pinggir jalan karena rata-rata penipu
  3.  Kalaupun harus membeli durian di abang-abang di pinggir jalan, maka belilah dengan cara membelah duriannya langsung di tempat agar apabila ternyata durianya busuk bisa langsung di tukar di tempat.
  4.  Lebih baik membeli durian yang sedikit lebih mahal tetapi mutu terjamin, dibanding dengan harga murah tapi mutu bikin manyun. 
  5. Yang lebih penting lagi nih (walaupun ini bukan bagian dari tips membeli durian petruk ) kalau mau jadi pedagang, jadilah pedagang yang jujur.  Jangan mengurangi takaran, jangan menipu, karena semuanya itu termasuk riba yang diharamkan  yang akan mendapat ganjaran yang teramat berat di kemudian hari.

Demikian tulisan tentang tukang durian petruk yang menipu beserta tips ala kadarnya semoga bermanfaat.

Senin, 21 Desember 2015

Cara Membuat Kapurung Palopo

Pada tulisan sebelumnya sudah dibahas tentang Cara Membuat Kapurung.  Kali ini kita coba membahas tentang cara membuat kapurung Palopo. Cara membuat kapurung di Luwu (sekarang Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, dan Kota Palopo) ada 2 jenis.  

Untuk wilayah yang meliputi Palopo ke arah Selatan dikenal dengan nama kapurung Palopo.  Sedangkan di bagian Utara Palopo atau pusatnya di Kota Masamba kapurungnya bisa juga disebut dengan Kapurung Masamba.  Perbedaan kapurung di antara 2 daerah ini terletak pada cara penyajiannya.  Kalau Kapurung Palopo penyajiannya yaitu dengan mencampur kapurung dengan semua lauk pauk dan sayur-sayuran.  Sedangkan di Masamba penyajiannya secara terpisah antara kapurung dengan lauk-pauk dan sayurannya.  Saya pribadi lebih menyukai yang terpisah ini yaitu Kapurung Masamba, nikmat boo..

Cara Membuat Kapurung Palopo :

Cara membuat kapurung ini dapat dibagi menjadi beberapa  tahap :

  1. Tahap persiapan lauk pauk yang meliputi masak sayuran seperti bayam, kangkung, bunga pisang, atau sayur apa saja yang penting harus dalam bentuk bening, hanya dicampur garam secukupnya dan air tentunya. Sambil menunggu sayuran matang penyiapan sambal dapat dipersiapkan yaitu berupa cabe keriting secukupnya, cabe rawit,dan garam.
  2. Setelah ini matang selanjutnya segera mempersiapkan air buntulan.  Air buntulan adalah air yang dimasak sampai mendidih.  Sambil menunggu air mendidih, siapkan sagu untuk 5 porsi diperlukan sagu kurang lebih seperempat liter.  Campurlah sagu ini dengan air dengan perbandingan 2 bagian air dan 1 bagian sagu.  Aduklah secara merata.  Perhatikan kekentalannya.  Sebagai patokan celupkan pisale (semacam pengaduk dari kayu) pada larutan sagu lalu angkat pisalenya.  Kecepatan menetes sekitar  1 tetes per detik.  Jika masih terlalu encer tambahkan lagi sedikit sagu.
  3. Jika air sudah mendidih segera tuang air mendidih tersebut ke laruan sagu.  Tuang terus air mendidihnya sampai bentuk larutannya menjadi seperti padat dan menyatu dengan baik. 
  4. Pada tahap ini jika langkah 1 - 3 sukses kapurung sudah terbentuk.  Agar tak ada sisa larutan yang tidak tersentuh air panas, maka aduk terus larutan ini secara merata sambil terus dibanting-banting menggunakan pisale.
  5. Selanjutnya siapkan wadah dan isi dengan air sayur atau kaldu ikan, daging atau apa saja sesuai selera.  Kedalamannya kurang lebih 5 cm.
  6. Mulai dui kapurungnya sehingga berbentuk bulat lalu hasil duikan dipindahkan ke larutan tadi.
  7. Jaga bulatan-bulatan kapurung dengan cara diaduk agar  bulatan kapurung tidak saling menempel satu sama lainnya.
  8. Setelah selesai masukkan sambal yang sudah dipersiapkan sebelumnya.  Jumlah sambal yang dibutuhkan dikira-kira saja disesuaikan dengan selera mau pedes, sedang, atau kurang pedas.  Masukkan seluruh sayur-sayuran dan lauk pauk lalu aduk secara merata
  9. Beri tetesen jeruk limau jika suka lalu sajikanlah kapurung pada mangkok.
  10. Selamat menikmati.
Demikian cara membuat kapurung Palopo ala Daeng Paliweng, semoga bermanfaat.