Kapurung Kepiting
Yang paling berkesan tentang masakan kapurung kepiting ini adalah ketika saya masih tinggal di Lakawali sekitar 30 tahun yang lalu. Hasil tangkapan kepiting terbilang melimpah karena jumlah penduduk Lakawali Pantai waktu itu mungkin hanya sekitar 10 KK, sedangkan yang berprofesi sebagai penangkap kepiting hanya ayah saya seorang. Penduduk lainnya yang kebanyakan beretnis Padoe bekerja sebagai petani baik petani tanaman seperti padi maupun petani tambak. Jika ayah mulai menelurusuri pantai bakau sekitar jam 06.00 pagi, maka pada siang hari sebelum sholat zhuhur beliau sudah pulang membawa hasil tangkapan sekitar 1 balasse. Ukuran balasse kurang lebih sama dengan karung beras ukuran 40 kg. Saya yang ditugaskan untuk mengambil hasil tangkapannya itu yang diletakkan begitu saja di pinggir pantai tempat perahunya berlabuh.![]() |
Jalan Trans Sulawesi |
Hasil tangkapan kepiting bakau ini sebagaian
besar dijual baik dijual secara eceran maupun dijual secara grosiran. Jika dijual secara grosiran maka yang membeli
adalah Pakna Tang, seorang petani kakao yang tinggal di kebunnya sekitar 1 km
dari rumah. Sedangkan jika dijual secara
eceran, maka saya sendiri yang menjualnya ke pasar di daerah Soroako. Hasil penjualan secara eceran ini memberi keuntungan
yang lebih besar ketimbang penjualan secara grosiran. Bahkan saya pun mendapat limpahan keuntungan
dari berjualan kepiting secara langsung ini.
Itu tadi kenikmatin yang diperoleh dari hasil
penjualan kepiting. Keuntungan yang juga
tak tertandingi adalah jika kepiting itu direbus lalu kemudian air rebusan
menjadi campuran kapurung maka lengkap sudah.
Masakan seperti ini kami sebagai Kapurung Kepiting.
Namun sayang sekali karena seperti apa sajian kapurung kepiting
belum dapat saya tampilkan kali ini.
Namun coba kita bayangkan saja kira-kiran seperti apa sajian kapurung kepting
ini.
Artikel terkait baca : Cara Membuat Kapurung
Penjelasan Tentang Lokasi Pembuatan Kapurung Kepiting
Jika sebelumnya saya sudah cerita banyak
tentang kapurung
kepiting, maka kali ini saya akan member sedikit penjelasan tentang di
mana keberadaan Lakawali itu. Apakah
masih berada di Wilayah Indonesia atau sudah berada di Luar Negeri. Jawabnya adalah berada dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Lakawali
adalah sebuah dusun yang waktu itu hanya didiami oleh kurang lebih 10 KK yang
sebagian besar penduduknya beretnis Padoe.
Semua penduduk beragama Islam.
Namun dengan adanya program transmigrasi, maka Lakawali seketika menjadi
dusun yang berpenduduk banyak. Penduduk
transmigran berasal dari Pulau Jawa dan ada pula yang berasal dari Pulau
Bali. Penduduk transmigran ini berlokasi
di sebelah Barat Lakawali Pantai tepat dekat dengan jalan Trans Sulawesi. Lakawali masuk dalam wilayah Luwu Timur yang
beribu kota Malili. Soroako yang
disebutkan di atas juga berada dalam wilayah Luwu Timur yang jaraknya kurang
lebih 80 km dari Malili. Perjalanan dari
Malili ke Soroako dapat di tempuh dalam waktu 1 jam dengan angkutan darat.
Demikian cerita singkat tentang kisah kapurung
kepiting semaga dapat menambah informasi tentang salah satu makanan khas Luwu
yaitu kapurung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar